Jumat, 17 April 2009

TRAGEDI PEMILU 2009

PEMILU Seharusnya Menjadi Peristiwa Yang Bersejarah

Semestinya, PEMILU menjadi ajang yang ditunggu-tunggu oleh semua orang karena memberikan kesempatan yang membahagiakan bagi sebuah negara demokrasi untuk turut bisa memperjuangkan aspirasi mereka dalam membangun negeri yang selama ini telah terpendam.

Terlepas dari apakah suatu demokrasi di sini memiliki suatu mayoritas mengenai keadilan secara hakiki atau tidak, namun, inilah alat yang mampu menggambarkan gambaran visi dan misi masyarakat suatu negara. Jika memang ternyata demokrasi yang ada di Indonesia ini mencerminkan suatu keadilan yang hakiki, maka niscaya keberadaan PEMILU pastinya tidak menjadi ajang “menggali kuburan sendiri” buat mereka para calon legislator.Ini adalah penggambaran suasana stress para caleg yang digambarkan oleh salah satu media Indonesia yaitu TEMPO:
Tragedi Calon Legislator
Jum'at, 17 April 2009 00:53 WIB
sumber (click here)
Merebaknya calon legislator yang menjadi sakit jiwa setelah tak terpilih amatlah menyedihkan. Sebagian mungkin karena terlalu naif: ingin mengejar kekuasaan dengan jalan pintas. Tapi sesungguhnya mereka juga korban mekanisme baru pemilihan umum dan sikap partai politik yang tak peduli.Fenomena itu sudah diprediksi sebelum pemilu. Soalnya, para calon wakil rakyat cenderung menggunakan segala cara dalam berkampanye.
Mereka rela mengeluarkan duit ratusan juta sampai miliaran rupiah. Di antara mereka ada yang mesti menjual tanah, mobil, bahkan berutang. Jangan heran jika mereka kemudian stres begitu tidak terpilih. Persaingan sengit memang tak terelakkan setelah prinsip suara terbanyak diterapkan untuk menentukan pemenang. Calon legislator tak hanya berlomba dengan calon dari partai politik lain, tapi juga bertarung melawan calon lain dari partai yang sama. Bayangkan, sebanyak 11.215 orang memperebutkan 560 kursi Dewan Perwakilan Rakyat. Ini berarti setiap calon legislator rata-rata harus mengalahkan 19 pesaingnya. Ketatnya pertarungan juga terjadi dalam memperebutkan kursi DPRD provinsi dan DPRD kabupaten atau kota. Hanya, masalahnya bukanlah terletak pada prinsip suara terbanyak. Putusan Mahkamah Konstitusi yang memerintahkan penerapan ketentuan ini untuk menggantikan “sistem nomor urut” sebenarnya bertujuan baik. Rakyatlah yang mesti menentukan wakilnya, dan bukan partai politik. Tapi, rupanya, baik calon legislator maupun partai politik tidak siap melaksanakannya. Para calon legislator kelabakan karena aturan itu muncul ketika daftar tetap calon sudah
ditetapkan. Sebagian besar tidak siap berkampanye menggunakan dana sendiri.
Umumnya mereka juga sudah telanjur bersedia bertarung di daerah mana saja, asalkan berada di urutan atas. Padahal, dengan prinsip suara terbanyak, peluang mereka terpilih akan lebih besar jika bertarung di daerahnya sendiri. Kalangan partai politik pun tidak menyiapkan pola kampanye dan pendanaannya yang disesuaikan dengan mekaTEMPO Interaktifbaru itu. Calon legislator dibiarkan berkampanye sendiri, bersaing bebas dengan rekan separtainya. Padahal sebagian baru pertama kali terjun ke dunia politik. Di antara mereka juga harus mengawasi perolehan suaranya sendiri karena tidak percaya kepada saksi yang ditunjuk pengurus partai. Bagaimana bisa percaya bila si pengurus juga menjadi calon legislator alias pesaingnya?Peserta pemilu, terutama partai-partai kecil, juga terkesan kurang selektif dalam memasang calon legislator. Akibatnya, banyak calon legislator yang kurang paham dunia politik pun tampil. Umumnya merekalah yang gampang terbuai oleh mimpi menjadi wakil rakyat dan rela mengorbankan apa saja. Setelah gagal, barulah mereka menyesal, linglung, bahkan ada yang sampai bunuh diri. Tragedi ini tak boleh terulang lagi pada pemilu mendatang.

Pemerintah dan Dewan Perwakilan Rakyat harus melengkapi prinsip suara terbanyak dengan ketentuan lain yang mendukungnya dalam Undang-Undang Pemilu. Misalnya mengenai dana kampanye, harus ada pembagian beban yang adil antara partai dan calon legislator. Partai-partai pun mesti menyiapkan mekanisme internal. Jangan biarkan calon legislator dari partai yang sama bersaing bebas tanpa wasit, juga tanpa aturan main. *****
Kita tidak perlu menutup mata, lihatlah semua berita di koran dan media massa hingga televisi. Media menggambarkan nasib para calon legislator yang kecewa atas kekalahannya tersebut dengan sangat menyedihkan, mulai dari yang bunuh diri, sakit jiwa, stress berat bahkan ada juga yang melakukan pelarian dengan mencari istri baru sebanyak banyaknya.


Inilah penggambaran mental hasil dari demokrasi di Indonesia. Saya memang tidak punya hak untuk menyatakan bahwa para calon legislator tersebut telah melakukan sikap yang salah atau malah memalukan, hidup mereka adalah hak mereka, namun perlu untuk disikapi, hak mereka juga jangan sampai menyinggung hak orang lainnya yang mungkin menjadi dirugikan atas sikap mereka yang kecewa karena kalah dalam PEMILU 2009 ini. Silahkan baca beberapa artikel di bawah ini yang menggambarkan sikap memalukan dari para caleg yang tidak bisa menerima kenyataan atas kekalahan mereka pada PEMILU 2009:
KALAH PEMILU, CALEG BULUKUMBA
TUTUP JALAN 3 KM
Sumber (click here)
Senin, 13 April 2009 06:09
WIBBULUKUMBA, SENIN - Salah seorang calon legislatif (caleg) dari Partai Penegak Demokrasi Indonesia (PPDI) Andi Langade Karaeng Mappangille bersama timnya nekat melakukan penutupan jalan sepanjang tiga kilometer karena diduga perolehan suaranya tidak mencukupi. Informasi yang berhasil dikumpulkan, penutupan jalan tersebut berlangsung sejak Minggu petang, sehingga membuat arus lalu lintas menjadi macet total karena sepanjang jalan tiga kilometer itu dipalang dengan menggunakan sebatang pohon dan tumpukan batu kali.Andi Langade yang diusung dari daerah pemilihan (dapil) II Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan ini mengaku kecewa dengan warga Dusun Biloro, Kelurahan Tanet, Kecamatan Bulukumpa yang tidak banyak memilihnya. Meskipun belum memiliki perolehan jumlah suara sah dari tingkat Panitia Pemilihan Kecamatan (PPK) maupun Komisi Pemilihan Umum (KPU) Bulukumba, namun menurutnya dari 101 Tempat Pemungutan Suara (TPS) di dua kecamatan hanya 71 saksi yang melaporkan jumlah suara yang diperolehnya.

"Penutupan yang dilakukan oleh Karaeng Mappangille sebagai bentuk kekecewaan terhadap warga yang tidak banyak memilihnya pada pemilu caleg 9 April lalu. Meskipun belum ada keputusan resmi dari PPK dan KPU Bulukumba namun laporan saksi sudah cukup," ujar salah seorang warga yang namanya tidak mau disebut.

Menurut Andi Langade, dirinya berhak melakukan penutupan jalan Mappatunrung, Dusun Biloro, Kecamatan Bukumpa karena jalan yang digunakan oleh sekitar 400 penduduk itu merupakan tanah milik alamarhum kakeknya yang juga pejuang 45. Dirinya menambahkan, jika polisi ataupun pemerintah setempat memaksakan untuk membuka pemblokiran jalan yang dilakukan oleh timnya itu, dirinya terpaksa akan membongkar aspal tersebut dan menggantinya dengan sebidang sawah seperti semula.

Tragis! Caleg Kalah Gantung Diri
Sumber (click here)
Kisah pilu para calon anggota legislatif (caleg) terus berlanjut. Kali ini, seorang caleg Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dari daerah pemilihan Kota Banjar 1, ditemukan tewas gantung diri. Caleg wanita bernama Tri Hayati bin Zainuddin (23) ini ditemukan tewas gantung diri di sebuah saung di Dusun Limus Munggal, RT 01/01, Bangun Jaya, Langkap Lancar, Kota Banjar, Jawa Barat pada Selasa pukul 07.30 WIB, kemarin. Berdasarkan informasi yang dihimpun, Tri tewas dalam kondisi hamil empat bulan. Ironisnya, Tri gantung diri dengan menggunakan sebuah jilbab yang diikatkan ke tiang saung dan lehernya. Dari hasil autopsi, Tri tengah mengandung seorang bayi laki-laki.Hasil autopsi dari RSU Banjar juga menyebutkan, kematian Tri murni bunuh diri karena ditemukan luka jerat di bagian lehernya. Sedangkan luka pada pipi dan kakinya bukanlah akibat penganiayaan, melainkan gigitan serangga.Ketua Dewan Tanfidz PKB Kota Banjar Zaenal Mutaqien mengatakan, Tri merupakan caleg PKB nomor 8 untuk pemilihan DPRD Kota Banjar. Menurutnya, pencalonan Tri sebagai caleg sebagai pelengkap kuota 30 persen wanita.

“Dia memang caleg kami, tetapi kami tegaskan bahwa kematian Tri tidak ada kaitannya dengan hasil pemilu,” kilah Zaenal saat dikonfirmasi wartawan, Rabu (15/4/2009). Saat ini, jenazah mahasiswi IAI Darussalam ini sudah dimakamkan di kediamannya, RT 21/08, Desa Situ Batur, Kota Banjar. Pihak keluarga tetap bungkam saat dimintai keterangan. Polisi pun belum menetapkan motif dan tersangka dalam kejadian ini.(okezone.com)14/04/2009 - 15:35

Kalah, Caleg Cabut Tiang Listrik

Sumber (
click here)
INILAH.COM, Pekanbaru – Menjelang pemilu, seorang caleg tak jarang memberi bantuan fasilitas umum. Namun, saat suaranya ternyata tidak memadai, banyak yang mengambil bantuan yang telah diberikannya. Bahkan, seorang caleg di Riau mencabut kembali tiang listrik yang telah diberikannya sebagai bantuan kepada rakyat. Hal itu dilakukan seorang caleg dari Partai Golkar, di Kecamatan Dumai Timur, Kota Dumai. Ia membongkar kembali tiang listrik bantuannya untuk masyarakat."Ada lima tiang listrik yang dicabut karena perolehan suara Pak Aswin di daerah kami sangat rendah. Ini sangat mengecewakan kami," kata salah seorang tim sukses caleg Golkar tersebut, Ade, Selasa (14/4).

Menjelang masa kampanye pemilu 2009, dia telah memberikan bantuan pada masyarakat di RT 20, Jl Sejahtera, Kelurahan Teluk Binjai, Kecamatan Dumai Timur. Yakni, dengan membangun lima tiang listrik untuk memudahkan pasokan listrik mengalir ke rumah rakyat. Padahal, lanjut Ade, pemasangan tiang listrik bantuan itu juga berdasarkan kesepakatan tertulis antara Aswin dengan tokoh masyarakat setempat. Menurut MoU, ditargetkan perolehan suara untuk Aswin di RT tersebut sebanyak 200 suara tetapi pada kenyataannya Aswin hanya memperoleh 17 suara."Perolehan suara yang sangat minim ini mengecewakan kami selaku tim suksesnya dan Pak Aswin. Itu sebabnya lima tiang listrik yang seharusnya dapat mengalirkan listrik untuk 100 rumah warga kami cabut kembali, "ungkap Ade. Sementara Aswin yang telah mencabut sumbangannya itu tidak berkomentar banyak.

"
Bantuan yang telah saya berikan itu telah ikhlas saya kasih. Saya tidak stres walaupun perolehan suara saya minim," katanya. [*/nuz]


Caleg Kalah, Klaim Lahan Sekolah

Laporan: Imam Wahyudi.
wahyudi_eki@yahoo.com
SENIN, 13 APRIL 2009 18:54 WITA
Sumber (click here)

BULUKUMBA, TRIBUN - Aksi kurang terpuji kembali
diperlihatkan seorang calon anggota legislatif (caleg) yang kecewa karena tidak mendapat suara terbanyak di kampungnya sendiri. Kali ini, dilakukan Dahlan, caleg DPRD Bulukumba dari Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN). Caleg nomor urut tiga yang bertarung di Dapil I Kecamatan Herlang, Bonto Tiro dan Kajang ini, melakukan aksi penyegelan gedung SDN 225 Kajang-Kajang, Desa Borong, Kecamatan Herlang.Dahlan mulai menyegel sekolah ini sejak Sabtu (11/4) malam lalu dengan cara mengikat pintu gerbang sekolah menggunakan tali. Ia menyatakan, lahan yang ditempati gedung sekolah itu adalah miliknya. Di tembok pagar sekolah, Dahlan menumpahkan kekecewaannya dengan menuliskan sebuah kalimat kekecewaan kepada warga Kampung Kajang-Kajang. Isinya, kecewa karena ternyata warga di wilayah tersebut tidak memilihnya.Aksi penyegelan baru tersebar setelah pria paruh baya ini, mengusir seluruh siswa guru dan kepala SDN 226 saat hendak masuk ke sekolah, Senin (13/4) pagi.(*)


MERASA DIEJEK, CALEG KALAH PUKULI TETANGGA
PEKALONGAN SURYA.CO.ID —
Sumber (click here)
Agus Panut (38), caleg di Pekalongan, Jawa Tengah, menganiaya Suyanto (33), warga Kelurahan Sapura, karena pelaku diduga mengalami depresi akibat tidak terpilih sebagai wakil rakyat dalam Pemilu 2009.Budi Kristanto (43), kakak Agus di Pekalongan, Kamis, mengatakan bahwa adiknya, Agus Panut, dalam sepekan terakhir ini hanya berdiam diri di dalam rumah. “Kami tidak tahu persis adanya pemukulan terhadap Suyanto karena Agus sekarang tidak berada di rumah,” katanya. Menurut dia, peristiwa aksi pemukulan itu terjadi pada Rabu (15/4) sekitar pukul 22.30, saat korban dengan warga lainnya sedang berada di pos keamanan lingkungan setempat.“Informasi yang kami terima bahwa aksi pemukulan itu diduga akibat korban mengejek pelaku,” katanya. Agus Panut, katanya, semula menargetkan perolehan suara di TPS Kelurahan Sapura, Kota Pekalongan, sebanyak 50-100 suara. Namun, kenyataannya kader dari Partai
Amanat Nasional (PAN) ini hanya memperoleh lima
suara.“Kemungkinan kemarahan pelaku terhadap korban akibat sebelum Pemilu 9 April 2009, warga setempat meminta bantuan dana kepada Agus Panut sebanyak Rp 2,4 juta dengan menjanjikan hak suara akan memilih dirinya,” katanya. Suyanto membantah jika dirinya menjelek-jelekkan Agus Panut dan keluarganya.
“Sebagai tetangga, kami tidak ada maksud menjelekkan dia. Namun kami tidak tahu, secara mendadak Agus Panut memukuli sehingga kasusnya dilaporkan ke Polsek,” katanya.Kapolsek Pekalongan Barat AKP Sumarjo membenarkan adanya kasus pemukulan yang dilakukan oleh seorang calon anggota legislatif, Agus Panut.
“Saat ini, kasusnya masih dalam pemeriksaan polisi dan kami masih memintai keterangan dari sejumlah para saksi,” katanya. ant


SANGAT MENYEDIHKAN!!!
Terlebih lagi, Rumah Sakit Jiwa saja ada yang sudah mempersiapkan ruangannya khusus untuk menerima para caleg yang kalah. Silahkan baca artikel berikut:

RUMAH SAKIT JIWA SURAKARTA ANTISIPASI CALEG KALAH
Kamis, 19 Maret 2009 21:01 WIB
Laporan wartawan KOMPAS Sri Rejeki
Sumber (click here)
SOLO, KOMPAS.com - Rumah Sakit Jiwa Daerah (RSJD) Surakarta mengantisipasi meningkatnya kasus gangguan jiwa terutama yang berpotensi terjadi para calon legislatif yang tidak terpilih sebagai wakil rakyat. RSJD Surakarta telah memiliki tim terpadu yang terdiri dari dokter, psikiater, perawat, psikolog, pekerja sosia l, dan pendamping agama untuk menangani kasus para caleg yang kalah yang terkena gangguan jiwa.Direktur RSJD Surakarta Muhammad Sigit WP mengatakan, wacana tentang potensi akan munculnya caleg-caleg gagal yang terkena gangguan jiwa muncul dalam pertemuan Tim Pelaksana Kesehatan Jiwa Masyarakat se-eks Karesidenan Surakarta yang berlangsung di RSJD Surakarta, Kamis (19/3).Selain keberadaan tim khusus, pihaknya dalam waktu dekat juga akan meluncurkan bangsal VIP yang berkapasitas sembilan tempat tidur . Bangsal ini memberi fasilitas ruangan dan privasi lebih ketimbang bangsal biasa. Pasien mampu menjadi target dari bangsal VIP ini, termasuk para caleg yang kebanyakan berlatar belakang ekonomi menengah ke atas.

Meskipun fakta mayoritas yang diungkapkan oleh berbagai media cenderung lebih banyak mengenai sikap negatif yang dilakukan oleh para caleg yang kalah, ternyata juga ada caleg kalah yang masih bisa berlapang dada bahkan membagikan sembako dan uang tunai kepada mereka yang kurang mampu. Simak artikel yang berikut ini:

Jumat, 17/04/2009 02:13 WIB
Gagal Jadi Caleg, Junaedi Manurung Bagi-bagi Uang dan Sembako
Khairul
Ikhwan - detikPemilu
Sumber (click here)
Jakarta - Meski gagal merebut kursi legislatif DPRD Medan, caleg Partai Peduli Rakyat Nasional (PPRN) Junaedi Manurung tetap peduli warga miskin di daerahnya. Dia membagi-bagikan uang dan sembako, Kamis (16/4/2009).Caleg nomor urut 11 Daerah Pemilihan (Dapem) Medan 1 ini membagikan uang pecahan Rp 1.000 kepada puluhan anak dari keluarga miskin di kawasan Mandala, Medan Denai. Sementara kepada keluarga kurang mampu, Manurung memberikan sembako berupa beras sebanyak dua kilogram.Menurut mantan polisi yang memilih pensiun muda ini, keikutsertaan dalam Pemilu 2009 sebagai caleg bukan semata-mata berharap duduk sebagai anggota dewan, namun hanya sebagai jalan untuk membantu masyarakat kurang mampu."Sebagai caleg bukan semata-mata untuk menang, tapi biar bisa membantu orang banyak," kata Manurung.Manurung menyatakan, pada Pemilihan Umum (Pemilu) legislatif 9 April lalu, ia hanya memperoleh tidak lebih dari 600 suara di daerah pemilihannya. Jauh dari cukup untuk tiket menjadi anggota DPRD Medan. Ketika ditanya dana yang telah dihabiskan saat kampanye, Manurung hanya tersenyum. Ayah tiga anak ini hanya mengatakan, dana yang dihabiskan tidak sedikit.Bantuan sembako membuat Junaedi menuai simpati dari masyarakat, terutama warga penerima sumbangan. Warga berterima kasih dan berdoa agar Manurung tabah karena gagal menjadi anggota dewan."Walau tidak menang, semoga Pak Manurung tidak stres, panjang umur dan sehat selalu," ucap Tiurlan, salah seorang penerima bantuan.

2 komentar:

GreatQo mengatakan...

Iyah, emang gawat ituh caleg2..
Untung kalah, kliatan gak bermutunya.
lebih mentingin diri sendiri,,mikirin balik modal..

The HaPpEn!nG mengatakan...

Hahahaha...

Iya, gw juga sepakat bahwa untungnya mereka kalah...duh keliatan banget niatnya aja udah ga tulus gitu sok mau bela rakyat, meskipun ini belum menutup kemungkinan adanya caleg yang lolos tapi bermental sama kaya contoh-contoh di atas...

Pre Order HTC DESIRE, HTC WILDFIRE, IPAD, dan IPOD

YANG MAU IPAD GRATIS - JOIN DI SITTI